Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan nilai rupiah masih akan mengalami tekanan dalam jangka menengah.
"Walau sentimen dan kekhawatiran di domestik sudah mereda, namun data-data ekonomi yang terakhir masih menimbulkan pertanyaan pada investor terutama data pertumbuhan ekonomi domestik," katanya.
Tingkat inflasi yang cenderung membaik, menurut dia, merupakan faktor yang paling penting dalam menjaga kestabilan rupiah. Peningkatan kembali inflasi dapat membuat rupiah tertekan signifikan.
Namun, ia melanjutkan, pelaku pasar tidak perlu terlalu mencemaskan volatilitas nilai rupiah selama penjagaan masih dilakukan.
Analis pasar uang Bank Mandiri Renny Eka Putri menambahkan pergerakan nilai tukar rupiah masih dibayangi oleh neraca perdagangan Indonesia yang masih defisit serta melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Isu ke depan, investor akan kembali mencermati kinerja neraca perdagangan Indonesia serta pertumbuhan ekonomi Indonesia," katanya.
Renny menambahkan, sentimen eksternal terutama dari Amerika Serikat masih menjadi pendorong apresiasi dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar