Sabtu, 09 November 2013
Komisi I DPR: RI Disadap, Tinjau Kerja Sama AS & Australia
Apakah Data Ini yang Disadap AS dan Australia di Indonesia?
Lalu, data apa yang disadap AS dan Australia di Indonesia?
Rizal Darmaputra, Pengamat Intelejen dari Lesperssi, mengungkapkan informasi penting yang diinginkan oleh AS terhadap Indonesia adalah data mengenai Pemilihan Umum (Pemilu) yang digelar pada 2014.
"Data Pemilu 2014 sangat penting bagi AS, karena untuk mengetahui pemimpin Indonesia di masa depan," kata Rizal.
Rizal juga menambahkan, data penting lainnya terkait penyadapan itu adalah AS ingin mengetahui sikap Indonesia dalam konflik di Laut China Selatan.
"Sikap Indonesia terkait konflik yang terjadi di Laut China Selatan juga sangat penting untuk diketahui oleh AS," ujar Rizal.
Selain dua informasi tersebut, Rizal juga mengatakan isu lain yang juga ingin diketahui oleh Indonesia adalah mengenai kebijakan dalam beberapa bidang, seperti perdagangan dan investasi.
Sementara, menurut Teuku Faizasyah, Staf Khusus Presiden Bidang Luar Negeri, sampai saat ini pemerintah Indonesia belum mengetahui data apa saja yang disadap oleh AS dan Australia.
"Sampai saat ini belum ada informasinya. Mungkin bisa ditanyakan langsung ke Badan Intelejen Negara (BIN)," kata Teuku. (eh)
Menhan: Jika Terbukti Disadap, Kami Akan Bertindak Keras
Hal itu diungkap oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro ketika memberikan keterangan pers di Gedung Kemhan, pada Jumat, 8 November 2013. Menurut Purnomo, begitu isu penyadapan itu merebak, dia langsung mengecek ke dalam sistem perlindungan informasi di internal institusi yang dia pimpin.
"Saya sebelumnya sudah mengecek kepada para ahli siber yang bekerja di sini. Mereka menyampaikan sistem di Kemhan aman dari sadapan, karena sistem pengamanan yang diberlakukan berlapis. Dalam arti kata sudah dienkripsi dengan alogaritma yang kuat," paparnya.
Selain itu, lanjut Purnomo, sistem di Kemhan tidak menggunakan provider yang terbuka. Jadi sekalipun menggunakan alat komunikasi seperti telepon atau internet, mereka memanfaatkan provider tertutup.
Purnomo menegaskan, keyakinan dia itu hanya terbatas di Kemhan. "Ini saya hanya berbicara dalam kapasitas yang ada di Kemhan ya," ujarnya.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan, Brigjen Sisriadi, yang turut mendampingi Purnomo mengatakan bahwa pihaknya melakukan sistem pengamanan yang mengkombinasikan teknologi tinggi dan tradisional.
Sistem di Kemhan, ujarnya, tertutup dan tidak terhubung keluar. Sehingga, apabila ada seseorang yang tidak berwenang lalu memperoleh sinyal yang dikirimkan Kemhan, maka mereka tidak bisa membaca itu.
Sisriadi lantas memberi contoh, pada waktu dulu, jenis teknologi tradisional yang digunakan Lembaga Sandi Negara yakni menggunakan morse.
"Jadi dulu, Kepala Lembaga Sandi Negara pertama, dr. Roebiono Kertapati, mengirimkan berita dengan cara diketik menggunakan kode morse. Kemudian di sandi lagi, sehingga ketika orang yang menerima beritanya bukan yang dituju tidak bisa baca isinya," kata dia.
Kendati demikian, dia mengatakan bahwa belum ada satu pun teknologi yang dapat memberikan informasi bahwa satu perangkat tertentu telah disadap.
"Sekarang saya tanya kepada Anda, apakah ada teknologi yang bisa memberi tahu apabila teknologi kita sudah disadap? Kan tidak ada, karena memang teknologi semacam itu belum ditemukan. Jadi yang bisa kami lakukan hanya mengamankan saja," tegas Sisriadi.
Jika memang terbukti sistem mereka tembus disadap oleh pihak asing. Menhan Purnomo menegaskan bahwa mereka akan bertindak keras. "Kalau terbukti kami akan bertindak keras," tegasnya.