Selama ini alat-alat pembuangan kotoran seperti pispot, tempat kencing, dan mangkuk muntah digunakan berkali-kali. Wadah yang digunakan seorang pasien akan digunakan pasien lain setelah melalui proses sterilisasi.
Perawat harus membersihkan pispot kotor dengan menggunakan air yang mengalir. Lantas satu per satu pispot itu dimasukkan ke dalam mesin sterilisasi. Pembersihan tempat kencing atau mangkuk muntah juga menggunakan metode yang sama.
Apakah membersihkan alat-alat itu dengan air mengalir dan mesin sterilisasi benar-benar aman? Belum tentu. Bekteri Clostridium difficile yang menyebabkan diare kerap menjadi permasalahan di unit pelayanan kesehatan. Penyebabnya adalah karena bakteri tersebut bercokol dalam tinja dan bisa menempel pada pispot.
Belum lagi bau tidak sedap yang tertinggal setelah alat-alat tersebut digunakan. Meskipun staf rumah sakit telah menyingkirkan pispot secepat mungkin dari sisi pasien, pada ruang kelas tiga yang tidak memiliki AC, aroma tidak sedap tertinggal cukup lama. Air panas yang digunakan staf untuk membersihkan pispot menghasilkan uap yang semakin memperparah bau.
Untuk meningkatkan tingkat kebersihan dan kenyamanan pasien, rumah sakit lebih baik menggunakan alat-alat sekali pakai. Langkah itu ditempuh National University Hospital (NUH) Singapura. Mereka akan segera menghapus sistem "berbagi" pispot, tempat kencing, serta mangkuk muntah dan menggantinya dengan sistem sekali pakai.
Terhitung awal Januari, NUH mulai mengganti wadah-wadah pembuangan dengan versi sekali pakai. Benda-benda sekali pakai itu dapat dengan mudah hancur dan dibuang setelah dipakai.Next
(vit/vit) 3,379 share this. 2,126 share this. 1,514 share this. 1,410 share this. 1,326 share this. 1,156 share this. 1,132 share this. 704 share this. 579 share this. 450 share this.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar