Laman

Tampilkan postingan dengan label Kuasai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kuasai. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 November 2013

Asing kuasai 70 persen aset negara

Prof Dr Pratikno M.Soc. (FOTO ANTARA/Noveradika)

Kondisi bangsa kita saat ini sudah mengkhawatirkan sehingga tanpa dukungan dan kebijakan oleh semua elemen bangsa maka lambat laun seluruh aset akan jatuh ke tangan orang asing,"
Kendari (ANTARA News) - Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Dr Pratikno mengatakan hingga saat ini aset negara sekitar 70--80 persen telah dikuasi bangsa asing.

"Kondisi bangsa kita saat ini sudah mengkhawatirkan sehingga tanpa dukungan dan kebijakan oleh semua elemen bangsa maka lambat laun seluruh aset akan jatuh ke tangan orang asing," katanya saat membawakan arahan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Keluarga Alumni UGM (KAGAMA) menyambut pra Munas XII 2014 di Kendari, Sabtu.

Ia mencontohkan, aset di bidang perbankan misalnya, bangsa asing telah menguasai lebih dari 50 persen.

Begitu pula di sektor lain seperti migas dan batu bara antara 70-75 persen, telekomunikasi antara 70 persen dan lebih parah lagi adalah pertambambangan hasil emas dan tembaga yang dikuasi mencapai 80-85 persen.

"Kecuali sektor perkebunan dan pertanian dalam arti luas, asing baru menguasai 40 persen. Namun demikian kita harus waspada agar tidak semua aset negara itu harus dikuasi asing," katanya.

Oleh karena itu, kata Rektor UGM itu, untuk mempertahankan aset-aset yang belum dikuasai asing tersebut, perlu kebijakan dan terobosan yang lebih hati-hati dalam melahirkan keputusan sehingga aset yang belum dikuasi itu tetap milik bangsa Indonesia.

Ia mengatakan, memang sebuah ironi apabila rakyat Indoneia masih belum merasakan wujud kemakmuran merata dan berkeadilan.

Di usia kemerdekaan 68 tahun, meskipun kaya raya dengan sumber daya alam namun hingga kini masih banyak didaulat oleh perusahaan negara asing.

Sementara itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang juga hadir pada seminar nasional dengan judul Otonomi daerah dan konflik Pengelolaan Lahan mengatakan di era otonomi daerah saat ini seakan menjadi anak tiri yang selalu disalahkan.

"Pertanyaan saya bahwa, apa yang salah dengan otonomi daerah. Atau jangan-jangan kita lebih suka kembali ketata kelola pemerintahan yang sentralistis dan otoriter," katanya.

Menurut mantan anggota DPR-RI dari PDIP itu, langkah yang harus diambil untuk memwujudkan kedaulatan pangan khususnya daerah yang saat ini dipimpinnya di antaranya mengendalikan laju alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian.

Untuk itu, kata Ganjar, seminar nasional ini diharapkan melahirkan kebijakan baru yang bisa diwujudkan dalam upaya pemandirian bangsa.

(A056/H-KWR)


View the original article here

Jumat, 08 November 2013

10 Perusahaan Kuasai Pasar Produk Konsumsi Dunia

VIVAnews - Sepuluh perusahaan besar tanpa disadari telah menguasai banyak produk yang akan dibeli masyarakat. Dari produk rumah tangga, makanan, hewan peliharaan, hingga celana jeans.

Sebuah bagan melalui Reddit yang dikutip dari policymic bertajuk "Pilihan Ilusi" dijelaskan, perusahaan-perusahaan besar itu menciptakan sebuah rantai ke masing-masing 10 perusahaan besar itu.

Nama-nama perusahaan besar itu sudah dikenal. Bahkan, sangat menakjubkan bila melihat bagaimana perusahaan raksasa itu memiliki pengaruh yang sangat signifikan bagi kehidupan masyarakat.

Sebagai contoh, Yum Brands, pemilik KFC dan Taco Bell. Perusahaan ini memisahkan diri menjadi perusahaan baru dari Pepsi. Semua restoran milik Yum Brands hanya menjual produk Pepsi, karena kemitraan khusus dengan perusahaan pembuat soda itu.

Procter & Gamble Company yang memiliki aset US$84 miliar, dan merupakan pemasang iklan terbesar di Amerika Serikat, telah memasang iklan dengan sejumlah brand beragam yang memproduksi banyak produk dari obat-obatan, pasta gigi, hingga fashion mewah. P&G diketahui melayani pembelian 4,8 miliar orang di seluruh dunia melalui jaringan yang dibuatnya.

Selanjutnya, Nestle Corporation beraset US$200 miliar, merupakan perusahaan yang terkenal dengan produk cokelatnya. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia, dan memiliki sekitar 8.000 merek berbeda di seluruh dunia.

Nestle juga memiliki saham atau bermitra dengan perusahaan lainnya. Termasuk dalam jaringan ini, yakni produsen shampo L'Oreal, makanan bayi Giant Gerber, merek pakaian Diesel, serta pembuat makanan hewan peliharaan Purina dan Friskies.

Perusahaan raksasa lainnya, Unilever, yang di antaranya memproduksi sabun yang sangat terkenal, disebut telah melayani 2 miliar orang di seluruh dunia. Unilever juga mengendalikan jaringan yang memproduksi segala barang mulai dari Q-tips untuk selai kacang Skippy.

Tidak hanya produk konsumsi, pada beberapa dekade terakhir, ternyata berita dan informasi juga dikuasai segelintir perusahaan. Pada tahun lalu, Frugal Dad Infographic memaparkan, 90 persen industri media sekarang hanya dikuasai 6 perusahaan. Jumlah ini turun drastis dari 50 perusahaan pada 1983.

Sementara itu, Federal Reserve Map menjelaskan, pada tingkat makro, 37 bank telah bergabung hanya menjadi empat bank, yakni JPMorgan Chase, Bank of America, Wells Fargo, dan Citi Group dalam dua dekade terakhir.

Lembaga-lembaga keuangan terbesar itu memegang 54 persen dari total aset keuangan. Padahal, pada 1990, mereka hanya menguasai 20 persen. Seperti yang dilaporkan oleh MotherJones, jumlah bank mulai berkurang dari 12.500 bank menjadi 8.000 bank.


View the original article here