Laman

Kamis, 20 September 2012

Runtuhnya kerajaan Mataram


Pertama disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian
lahar tersebut menimbun
 candi-candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga
candi-candi
 tersebut menjadi rusak. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram
disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M. Ketiga, runtuhnya
kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi.
Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan
tidak terdapatnya pelabuhan strategis.
 Sementara di Jawa Timur, apalagi di
pantai selatan Bali merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan, dan
dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi perdagangan.
Mpu Sindok
 mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa
menjadi raja di Mataram, lalu
 pindah ke Jawa timur dan mendirikan dinasti
Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh sebagai pusat kerajaan . Mpu
Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa berhasil membentuk
Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat
di Jawa Tengah. Mpu Sindok memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan
948 M.

Sumber sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di Jawa Timur
antara lain prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti
Limus, prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti
Silet, prasasti Turun Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang berisi penyerahan
kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada sepupunya yaitu
Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.

b. Kehidupan ekonomi
Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana. Hal ini bisa dilihat dari usahausaha
yang ia lakukan, seperti Mpu Sindok banyak membangun bendungan
dan memberikan hadiah-hadiah tanah untuk pemeliharaan bangunan suci untuk
meningkatkan kehidupan rakyatnya. Begitu pula pada masa pemerintahan
Airlangga, ia berusaha memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai
Berantas dengan memberi tanggul-tanggul untuk mencegah banjir. Sementara
itu dibidang sastra, pada masa pemerintahannya telah tercipta satu hasil karya
sastra yang terkenal, yaitu
 karya Mpu Kanwa yang berhasil menyusun kitab
Arjuna Wiwaha. Pada masa Kerajaan Kediri banyak informasi dari sumber
kronik Cina yang menyatakan tentang Kediri yang menyebutkan Kediri banyak
menghasilkan beras, perdagangan yang ramai di Kediri dengan barang yang
diperdagangkan seperti emas, perak, gading, kayu cendana, dan pinang. Dari
keterangan tersebut, kita dapat menilai bahwa masyarakat pada umumnya
hidup dari pertanian dan perdagangan.

c. Kehidupan sosial-budaya
Dalam bidang toleransi dan sastra, Mpu Sindok mengi inkan penyusunan
kitab Sanghyang Kamahayamikan (Kitab Suci Agama Buddha), padahal Mpu
Sindok sendiri beragama Hindu. Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta
karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang oleh
 Mpu Kanwa. Begitu pula
seni wayang berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari karya sastra
Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya
Jawa. Raja Airlangga merupakan raja yang peduli pada keadaan masyarakatnya.
Hal itu terbukti dengan dibuatnya tanggul-tanggul dan waduk di beberapa
bagian di
 Sungai Berantas untuk mengatasi masalah banjir. Pada masa Airlangga
banyak dihasilkan karya-karya sastra, hal tersebut salah satunya disebabkan
oleh kebijakan raja yang melindungi para seniman,
 sastrawan dan para pujangga,
sehingga mereka dengan bebas dapat mengembangkan kreativitas yang mereka
miliki.
Pada kronik-kronik Cina tercatat beberapa hal penting tentang Kediri yaitu:
1) Rakyat Kediri pada umumnya telah memiliki tempat tinggal yang baik,
layak huni dan tertata dengan rapi, serta rakyat telah mampu untuk
berpakaian dengan baik.
2) Hukuman di Kediri terdapat dua macam yaitu denda dan hukuman mati
bagi perampok.
3) Kalau sakit rakyat tidak mencari obat, tetapi cukup dengan memuja
para dewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar