Manusia diciptakan dengan memiliki akal,
pikiran dan juga hawa nafsu. Pada dasarnya musuh alami manusia adalah hawa
nafsunya sendiri. Banyak manusia yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya
dikarenakan bujuk rayu setan. Dan bahkan, mereka selalu menuruti hawa nafsunya
itu yang membuat mereka terjerumus ke perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
Allah swt. Hal itu karena nafsu mengandung ketertarikan untuk mencari kenikmatan
jasmani dan rohani sehingga mudah menerima bujuk rayu setan.
Sesuai
dengan firman Allah swt yang berbunyi :
إِنَّمَايَأْمُرُكُمْبِالسُّوءِوَالْفَحْشَاءوَأَنتَقُولُواْعَلَىاللّهِ مَالاَتَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya syaitan itu
hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa
yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah (2) : 169)
Akhlakul
karimah dalam pengertian luasnya ialah perilaku, perangai, ataupun adab yang
didasarkan pada nilai-nilai wahyu sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Akhlakul karimah terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan
serumit apa pun.
Banyak cara yang dapat dilakukan seseorang
untuk menjadi insan yang berakhlak mulia, beberapa diantaranya terdiri dari
satu pemahaman inti dan tiga langkah konkret yaitu : pahami secara mendasar
nilai-nilai akhlakul karimah sebagaimana dicontohkan oleh Rosulullah SAW.
Ajarkan kepada orang lain dalam setiap kesempatan mengenai akhlakul karimah
tersebut. Secara sistemtik dan sungguh-sungguh menerapkan/melaksanakan hal-hal
yang dipahami tersebut dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari hal-hal kecil
dan sederhana pada lingkungan yang paling dekat bersifat privat, serta
segerakan mulai dari saat ini.
TOBAT
o PENGERTIAN
TOBAT
Jika
ditinjau dari segi etimologi, term tobat adalah
bentuk masdar dari kata dasar تاب- يتوب- توبة tersusun dari akar kata ت- و- ب Kata ini memiliki arti asal
الرجوع(kembali). Contoh dalam kalimat
تاب
من ذنبه sama
dengan kalimat رجع
عنه , berarti ia telah meninggalkan
perbuatan dosanya.
Tobat
adalah proses menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan berupaya sekuat hati
untuk tidak melakukannya kembali atau permohonan ampun kepada Allah swt. atas
kesalahan(kekhilafan) dan atas dosa yang telah dilakukan.
Hukum
taubat adalah wajib bagi setip muslim atau muslimah yang sudah mukallaf (balig
dan berakal). Taubat tersebut adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak
satu pun anak keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat
dosa. Semua manusia, pasti pernah melakukan berdosa. Hanya para nabi dan
malaikat saja yang luput dari dosa dan maksiyat. Manusia yang baik bukan orang
yang tidak berdosa, melainkan manusia yang jika berdosa dia melakukan taubat.
اللّهَيُحِبُّالتَّوَّابِينَوَيُحِبُّالْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya : “…Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang tobat
kepada-Nya dan dia menyukai orang-orang yang membersihkan diri.” (QS Al Baqarah
: 222)
o Kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan terhadap orang lain, diantaranya seperti hal-hal
berikut :
1. Tidak memuliakan anak yatim piatu, tidak menganjurkan dan memberi
makan orang miskin, memakan harta dengan mencampuradukkan yang hak dengan yang
bathil dan mencintai harta yang berlebihan.
2. Bakhil, merasa tidak cukup dan
mendustakan pahala yang baik.
3. Mengumpat, mencela, prasangka dan olok-olok.
4. Tidak melaksanakan rukun Islam, terutama mendirikan salat.
o Kriteria orang yang bertaubat
1. Orang
yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan. Orang ini diampuni dosanya.
إِلاَّالَّذِينَتَابُواْمِن بَعْدِذَلِكَوَأَصْلَحُواْفَإِنَّاللهغَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya : “Selain orang-orang yang
taubat sesudah berbuat kesalahan dan mengadakan
perbaikan,
sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha penyayang. (QS Ali Imran : 89)
2. Taubat
seseorang ketika hampir mati atau sekarat. Taubat semacam ini sudah tidak dapat
diterima
تُبْتُالآنَ حَضَرَأَحَدَهُمُالْمَوْتُقَالَإِنِّي
وَلَيْسَتِالتَّوْبَةُلِلَّذِينَيَعْمَلُونَالسَّيِّئَاتِحَتَّىإِذَا
وَلاَالَّذِينَيَمُوتُونَوَهُمْكُفَّارٌأُوْلَئِكَأَعْتَدْنَالَهُمْعَذَابًاأَلِيمًا
Artinya : “Dan tidaklah tobat itu
diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga
apabila datang ajal dan setelah kepada seorang diantara mereka, (barulah) ia
mengatakan : Sesungguhnya saya bertobat sekarang. Dan tidak pula (diterima
tobat) orang-orang yang mati sedang mereka dalam kekafiran. Bagi orang-orang
itu telah kami sediakan siksaan yang pedih.” (QS An Nisa : 18)
3.
Taubat nasuha atau taubat yang
sebenar-benarnya. Taubat nasuha adalah taubat yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh atau semurni-murninya. Taubat semacam inilah yang dinilai
paling tinggi
إِلَىاللَّهِتَوْبَةًنَّصُوحًاعَسَىيَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُواتُوبُوا
يرَبُّكُمْأَنيُكَفِّرَعَنكُمْسَيِّئَاتِكُمْوَيُدْخِلَكُمْجَنَّاتٍتَجْرِ
لَايُخْزِياللَّهُالنَّبِيَّوَالَّذِينَآمَنُوامَعَهُنُورُ
مِنتَحْتِهَاالْأَنْهَارُيَوْمَ
أَيْدِيهِمْوَبِأَيْمَانِهِمْيَقُولُونَ هُمْيَسْعَىبَيْنَ
قَدِيرٌ كُلِّشَيْءٍ رَبَّنَاأَتْمِمْلَنَانُورَنَاوَاغْفِرْلَنَاإِنَّكَعَلَى
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan
orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di
hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:` Ya Tuhan kami,
sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu `. (QS.
At Tahrim [66]: 8)
o Syarat-Syarat Taubat
1) Menyesal atas segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan.
2) Mensucikan diri dari perbuatan maksiat yang sudah dilakukan. Karena
tidak ada artinya bertaubat jika dosa masih terus dikerjakan.
3) Bertekad dengan sungguh-sungguh bahawa tidak akan mengulanginya
lagi, selama hidup di dunia, sampai mengucapkan selamat tinggal pada dunia yang
fana ini.
o Syarat diterimanya Taubat yaitu :
1) Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus ikhlas semata-mata
karena Allah, bukan karena lainnya.
2) Menyesali dosa yang telah diperbuatnya.
3) Meninggalkan sama sekali maksiat yang telah dilakukannya.
4) Tidak mengulangi. Artinya, seorang muslim harus bertekad tidak
mengulangi perbuatan dosa tersebut.
5) Istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang
dilakukan terhadap hakNya.
6) Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan
haknya tersebut.
7) Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum
tiba ajalnya. Sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah akan
menerima taubat seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR. At-Tirmidzi, hasan).
Maka orang yang
benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam
perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa
adalah yang menelantarkan dan mencampakkan taubat di belakang punggungnya.
Beberapa di antara keutamaan taubat:
1. Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla.
Allah ta’ala berfirman,
اللّهَيُحِبُّالتَّوَّابِينَوَيُحِبُّالْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan
mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
2. Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari
siksa neraka.
Allah ta’ala
berfirman,
“Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah
suatu generasi yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu,
niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang
yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka
itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya
barang sedikit pun.” (QS. Maryam (59) : 60)
3. Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
Allah ta’ala
berfirman:
مِنبَعْدِهَالَغَفُورٌرَّحِيمٌ
وَالَّذِينَعَمِلُواْالسَّيِّئَاتِثُمَّتَابُواْمِنبَعْدِهَاوَآمَنُواْإِنَّرَبَّكَ
“Dan orang-orang yang
mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman maka
sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al A’raaf [7] : 153)
4. Taubat adalah sebab untuk menggapai
keimanan dan pahala yang besar.
Allah ta’ala
berfirman:
إِلاَّالَّذِينَتَابُواْوَأَصْلَحُواْوَاعْتَصَمُواْبِاللّهِوَأَخْلَصُواْدِينَهُمْلِلّهِفَأُوْلَئِكَمَعَ الْمُؤْمِنِينَأَجْرًاعَظِيمًا
الْمُؤْمِنِينَوَسَوْفَيُؤْتِاللّهُ
“Kecuali
orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh dengan agama
Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah yang akan
bersama dengan kaum beriman dan Allah akan memberikan kepada kaum yang beriman
pahala yang amat besar.” (QS. An Nisaa’: 146)
5. Taubat merupakan sebab keberuntungan.
Allah ta’ala
berfirman
“….Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua
orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur [24] : 31)
Raja’
o Pengertian Raja’
Pengertian raja’ secara bahasa, berasal dari bahasa arab, yaitu “rojaun”
yang berarti harapan atau berharap. Raja’ yang dikehendaki oleh islam adalah
mempunyai harapan kepada Allah untuk mendapatkan ampunan-Nya, memperoleh
kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta yang terpenting
adalah mengharap rahmat serta keridaan Allah.
Raja’ merupakan
perbuatan terpuji. Raja’ dapat meningkatkan keimanan dan lebih mendekatkan diri
kepada Allah. Untuk itu, seseorang yang berharap memperoleh rahmat dan rida
Allah serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat, tentunya akan berusaha
melakukan perbuatan yang dapat mewujudkan harapannya tersebut.
Namun jika
seseorang hanya berharap saja tanpa mau berusaha, hal ini disebut
berangan-angan pada sesuatu yang mustahil atau yang disebut dengan tamammi, yang dampaknya nanti
menyebabkan seseorang berputus asa, putus harapan terhadap rahmat dan rida
Allah. Hal ini merupakan kebalikan dari sifat raja’. Oleh karena itu, sifat
putus asa ini dilarang oleh Allah SWT.
Firman Allah SWT.:
“…dan jangan kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir.”(QS. Yusuf [12] :87).
Kita dilarang untuk berputus asa dalam
menghadapi masalah dalam kehidupan di dunia dan dalam mengharap ampunan dari
Allah.
عَلَىأَنفُسِهِمْلَاتَقْنَطُوامِنقُلْيَاعِبَادِيَالَّذِينَأَسْرَفُوا
الذُّنُوبَجَمِيعًاإِنَّهُهُوَالْغَفُورُالرَّحِيمُ رَّحْمَةِاللَّهِإِنَّاللَّهَيَغْفِرُ
“katakanlah: “Hai
hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi maha
penyayang.”(QS. Az Zumar [39] :53)
Seseorang yang mempunuai sifat raja’ tentu akan bersikap optimis,
dinamis, selalu berpikir kritis dan semakin sadar serta mengenal dirinya
sendiri.
o Ciri-ciri sikap Raja' adalah:
1) Dalam berusaha seseorang akan mengawali dengan niat karena Allah.
2) Senantiasa berfikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang
baik bahwa usahanya akan berhasil, serta siap menghadapi resiko.
3) Munculnya sikap ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan.
4) Selalu bertawakkal kepada Allah. Selalu berusaha meningkatkan diri
untuk lebih baik.
5) Memiliki sifat bersyukur kepada Allah.
o Manfaat dan hikmah raja :
1. Memperoleh keridaan Allah
2. Terhindar dari perbuatan dosa
3. Mendapatkan kepuasan hidup
4. Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T
5. Sarana penyelesaian persoalan hidup
6. Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
Ø Kesimpulan
Sudah selayaknya setiap mislim, baik laki-laki maupun perempuan
bersikap dengan akhlak yang terpuji. Diantaranya taubat dan raja’. Karena
taubat adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak ada satupun anak
keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Selain itu,
seharusnyalah kita selalu raja’(berharap) hanya kepada Allah SWT untuk
mendapatkan rahmat dan rida-Nya. Karena raja’ menjadikan seseorang bersikap
optimis, dinamis dan berpikir kritis.
Ø Saran
Janganlah putus harapan atau berhenti meminta ampunan-Nya. Karena
taubat amatlah penting sehingga Nabi Muhammad SAW pun dalam sebuah hadis
mengatakan,
“Oh umatku! bertaubatlah
dan mintalah ampunan Allah, sesungguhnya aku meminta ampunan Allah seratus kali
setiap harinya”.
“Tiada dosa
yang terlalu besar untuk kembali bertaubah atau terlalu kecil. Janganlah memohon
ampunan kepada siapapun. Janganlah menganggap remeh dosamu, namun ingatlah
kebesaran dari Tuhan yang telah engkau langgari perintah-Nya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar