Laman

Kamis, 20 September 2012

MAKALAH AKHLAK MULIA (TOBAT DAN RAJA')



          Manusia diciptakan dengan memiliki akal, pikiran dan juga hawa nafsu. Pada dasarnya musuh alami manusia adalah hawa nafsunya sendiri. Banyak manusia yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya dikarenakan bujuk rayu setan. Dan bahkan, mereka selalu menuruti hawa nafsunya itu yang membuat mereka terjerumus ke perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah swt. Hal itu karena nafsu mengandung ketertarikan untuk mencari kenikmatan jasmani dan rohani sehingga mudah menerima bujuk rayu setan.
Sesuai dengan firman Allah swt yang berbunyi :
إِنَّمَايَأْمُرُكُمْبِالسُّوءِوَالْفَحْشَاءوَأَنتَقُولُواْعَلَىاللّهِ مَالاَتَعْلَمُونَ

Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah (2) : 169)
Akhlakul karimah dalam pengertian luasnya ialah perilaku, perangai, ataupun adab yang didasarkan pada nilai-nilai wahyu sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Akhlakul karimah terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan serumit apa pun.
Banyak cara yang dapat dilakukan seseorang untuk menjadi insan yang berakhlak mulia, beberapa diantaranya terdiri dari satu pemahaman inti dan tiga langkah konkret yaitu : pahami secara mendasar nilai-nilai akhlakul karimah sebagaimana dicontohkan oleh Rosulullah SAW. Ajarkan kepada orang lain dalam setiap kesempatan mengenai akhlakul karimah tersebut. Secara sistemtik dan sungguh-sungguh menerapkan/melaksanakan hal-hal yang dipahami tersebut dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana pada lingkungan yang paling dekat bersifat privat, serta segerakan mulai dari saat ini.

 TOBAT
o   PENGERTIAN TOBAT
Jika ditinjau dari segi etimologi,  term tobat adalah bentuk masdar dari kata dasar  تاب- يتوب- توبة tersusun dari akar kata ت- و- ب Kata ini memiliki arti asal   الرجوع(kembali). Contoh dalam kalimat    تاب من ذنبه sama dengan kalimat   رجع عنه , berarti ia telah meninggalkan perbuatan dosanya.
Tobat adalah proses menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan berupaya sekuat hati untuk tidak melakukannya kembali atau permohonan ampun kepada Allah swt. atas kesalahan(kekhilafan) dan atas dosa yang telah dilakukan.
Hukum taubat adalah wajib bagi setip muslim atau muslimah yang sudah mukallaf (balig dan berakal). Taubat tersebut adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak satu pun anak keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Semua manusia, pasti pernah melakukan berdosa. Hanya para nabi dan malaikat saja yang luput dari dosa dan maksiyat. Manusia yang baik bukan orang yang tidak berdosa, melainkan manusia yang jika berdosa dia melakukan taubat.


اللّهَيُحِبُّالتَّوَّابِينَوَيُحِبُّالْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya : “…Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang tobat kepada-Nya dan dia menyukai orang-orang yang membersihkan diri.” (QS Al Baqarah : 222)


o   Kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan terhadap orang lain, diantaranya seperti hal-hal berikut :

1.      Tidak memuliakan anak yatim piatu, tidak menganjurkan dan memberi makan orang miskin, memakan harta dengan mencampuradukkan yang hak dengan yang bathil dan mencintai harta yang berlebihan.
2.       Bakhil, merasa tidak cukup dan mendustakan pahala yang baik.
3.      Mengumpat, mencela, prasangka dan olok-olok.
4.      Tidak melaksanakan rukun Islam, terutama mendirikan salat.
  
o   Kriteria orang yang bertaubat
1.      Orang yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan. Orang ini diampuni dosanya. 
إِلاَّالَّذِينَتَابُواْمِن بَعْدِذَلِكَوَأَصْلَحُواْفَإِنَّاللهغَفُورٌ رَّحِيمٌ
         
        Artinya : “Selain orang-orang yang taubat sesudah berbuat kesalahan dan mengadakan
perbaikan, sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha penyayang. (QS Ali Imran : 89)

2.      Taubat seseorang ketika hampir mati atau sekarat. Taubat semacam ini sudah tidak dapat diterima 

تُبْتُالآنَ حَضَرَأَحَدَهُمُالْمَوْتُقَالَإِنِّي وَلَيْسَتِالتَّوْبَةُلِلَّذِينَيَعْمَلُونَالسَّيِّئَاتِحَتَّىإِذَا وَلاَالَّذِينَيَمُوتُونَوَهُمْكُفَّارٌأُوْلَئِكَأَعْتَدْنَالَهُمْعَذَابًاأَلِيمًا

        Artinya : “Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal dan setelah kepada seorang diantara mereka, (barulah) ia mengatakan : Sesungguhnya saya bertobat sekarang. Dan tidak pula (diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksaan yang pedih.” (QS An Nisa : 18)

3.      Taubat nasuha atau taubat yang sebenar-benarnya. Taubat nasuha adalah taubat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh atau semurni-murninya. Taubat semacam inilah yang dinilai paling tinggi
إِلَىاللَّهِتَوْبَةًنَّصُوحًاعَسَىيَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُواتُوبُوا
يرَبُّكُمْأَنيُكَفِّرَعَنكُمْسَيِّئَاتِكُمْوَيُدْخِلَكُمْجَنَّاتٍتَجْرِ
لَايُخْزِياللَّهُالنَّبِيَّوَالَّذِينَآمَنُوامَعَهُنُورُ مِنتَحْتِهَاالْأَنْهَارُيَوْمَ
أَيْدِيهِمْوَبِأَيْمَانِهِمْيَقُولُونَ هُمْيَسْعَىبَيْنَ
قَدِيرٌ كُلِّشَيْءٍ رَبَّنَاأَتْمِمْلَنَانُورَنَاوَاغْفِرْلَنَاإِنَّكَعَلَى

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:` Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu `. (QS. At Tahrim [66]: 8)

o   Syarat-Syarat Taubat

1)     Menyesal atas segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan.
2)     Mensucikan diri dari perbuatan maksiat yang sudah dilakukan. Karena tidak ada artinya bertaubat jika dosa masih terus dikerjakan.
3)     Bertekad dengan sungguh-sungguh bahawa tidak akan mengulanginya lagi, selama hidup di dunia, sampai mengucapkan selamat tinggal pada dunia yang fana ini.

o   Syarat diterimanya Taubat yaitu :

1)     Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena lainnya.
2)     Menyesali dosa yang telah diperbuatnya.
3)     Meninggalkan sama sekali maksiat yang telah dilakukannya.
4)     Tidak mengulangi. Artinya, seorang muslim harus bertekad tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut.
5)     Istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang dilakukan terhadap hakNya.
6)     Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan haknya tersebut.
7)     Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba ajalnya. Sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR. At-Tirmidzi, hasan).

Maka orang yang benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan mencampakkan taubat di belakang punggungnya. Beberapa di antara keutamaan taubat:

1.      Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla.
Allah ta’ala berfirman,
 اللّهَيُحِبُّالتَّوَّابِينَوَيُحِبُّالْمُتَطَهِّرِينَ

            “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)

2.       Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka.
Allah ta’ala berfirman,

 “Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam (59) : 60)

3.      Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
Allah ta’ala berfirman:

مِنبَعْدِهَالَغَفُورٌرَّحِيمٌ وَالَّذِينَعَمِلُواْالسَّيِّئَاتِثُمَّتَابُواْمِنبَعْدِهَاوَآمَنُواْإِنَّرَبَّكَ

“Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al A’raaf [7] : 153)

4.      Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
Allah ta’ala berfirman:
إِلاَّالَّذِينَتَابُواْوَأَصْلَحُواْوَاعْتَصَمُواْبِاللّهِوَأَخْلَصُواْدِينَهُمْلِلّهِفَأُوْلَئِكَمَعَ  الْمُؤْمِنِينَأَجْرًاعَظِيمًا الْمُؤْمِنِينَوَسَوْفَيُؤْتِاللّهُ

 “Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh dengan agama Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah yang akan bersama dengan kaum beriman dan Allah akan memberikan kepada kaum yang beriman pahala yang amat besar.” (QS. An Nisaa’: 146)

5.        Taubat merupakan sebab keberuntungan.
Allah ta’ala berfirman

 “….Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian beruntung.”  (QS. An Nuur [24] : 31)
  
Raja’
o   Pengertian Raja’

Pengertian raja’ secara bahasa, berasal dari bahasa arab, yaitu “rojaun” yang berarti harapan atau berharap. Raja’ yang dikehendaki oleh islam adalah mempunyai harapan kepada Allah untuk mendapatkan ampunan-Nya, memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta yang terpenting adalah mengharap rahmat serta keridaan Allah.

Raja’ merupakan perbuatan terpuji. Raja’ dapat meningkatkan keimanan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu, seseorang yang berharap memperoleh rahmat dan rida Allah serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat, tentunya akan berusaha melakukan perbuatan yang dapat mewujudkan harapannya tersebut.

Namun jika seseorang hanya berharap saja tanpa mau berusaha, hal ini disebut berangan-angan pada sesuatu yang mustahil atau yang disebut dengan tamammi, yang dampaknya nanti menyebabkan seseorang berputus asa, putus harapan terhadap rahmat dan rida Allah. Hal ini merupakan kebalikan dari sifat raja’. Oleh karena itu, sifat putus asa ini dilarang oleh Allah SWT.

Firman Allah SWT.:

 “…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”(QS. Yusuf [12] :87).

Kita dilarang untuk berputus asa dalam menghadapi masalah dalam kehidupan di dunia dan dalam mengharap ampunan dari Allah.
عَلَىأَنفُسِهِمْلَاتَقْنَطُوامِنقُلْيَاعِبَادِيَالَّذِينَأَسْرَفُوا الذُّنُوبَجَمِيعًاإِنَّهُهُوَالْغَفُورُالرَّحِيمُ رَّحْمَةِاللَّهِإِنَّاللَّهَيَغْفِرُ

 “katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Az Zumar [39] :53)

Seseorang yang mempunuai sifat raja’ tentu akan bersikap optimis, dinamis, selalu berpikir kritis dan semakin sadar serta mengenal dirinya sendiri.

o   Ciri-ciri sikap Raja' adalah:
1)       Dalam berusaha seseorang akan mengawali dengan niat karena Allah.
2)       Senantiasa berfikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa usahanya akan  berhasil, serta siap menghadapi resiko.
3)       Munculnya sikap ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan.
4)       Selalu bertawakkal kepada Allah. Selalu berusaha meningkatkan diri untuk lebih baik.
5)       Memiliki sifat bersyukur kepada Allah.

o   Manfaat dan hikmah raja :

1.      Memperoleh keridaan Allah
2.      Terhindar dari perbuatan dosa
3.      Mendapatkan kepuasan hidup
4.      Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T
5.      Sarana penyelesaian persoalan hidup
6.      Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat

Ø Kesimpulan

Sudah selayaknya setiap mislim, baik laki-laki maupun perempuan bersikap dengan akhlak yang terpuji. Diantaranya taubat dan raja’. Karena taubat adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak ada satupun anak keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Selain itu, seharusnyalah kita selalu raja’(berharap) hanya kepada Allah SWT untuk mendapatkan rahmat dan rida-Nya. Karena raja’ menjadikan seseorang bersikap optimis, dinamis dan berpikir kritis.

Ø Saran

Janganlah putus harapan atau berhenti meminta ampunan-Nya. Karena taubat amatlah penting sehingga Nabi Muhammad SAW pun dalam sebuah hadis mengatakan,

Oh umatku! bertaubatlah dan mintalah ampunan Allah, sesungguhnya aku meminta ampunan Allah seratus kali setiap harinya”.

“Tiada dosa yang terlalu besar untuk kembali bertaubah atau terlalu kecil. Janganlah memohon ampunan kepada siapapun. Janganlah menganggap remeh dosamu, namun ingatlah kebesaran dari Tuhan yang telah engkau langgari perintah-Nya”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar