Laman

Tampilkan postingan dengan label Saudi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Saudi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 09 November 2013

Tandingi Iran, Saudi Pesan Senjata Nuklir dari Pakistan?

VIVAnews - Arab Saudi disebut-sebut akan menerima senjata nuklir dari Pakistan yang sebelumnya telah mereka pesan. Dikatakan juga, senjata nuklir ini untuk menandingi Iran yang diduga tengah mengembangkan bom atom.

Hal ini disampaikan beberapa sumber kepada BBC News Night pekan ini. Dalam salah satu laporannya, seorang pejabat NATO mengatakan bahwa senjata nuklir buatan Pakistan telah ditempatkan di sebuah wilayah, siap dikirimkan ke Arab Saudi.

Klaim NATO ini didukung oleh pernyataan kepala intelijen militer Israel Amos Yadlin. Dia mengatakan bulan lalu bahwa jika Iran memiliki nuklir, Saudi tidak akan ketinggalan.

"Saudi tidak akan menunggu satu bulan. Mereka telah membayar untuk bom itu, mereka akan ke Pakistan dan memboyong apa yang mereka butuhkan," kata Yadlin dalam konferensi pers di Swedia.

Isu pengembangan senjata nuklir Saudi telah muncul sejak tahun 2009. Saat itu Raja Abdullah menegaskan hal ini pada utusan khusus Amerika Serikat untuk Timur Tengah, Dennis Ross. "Jika Iran melampaui batas, maka kami akan membuat senjata nuklir," kata Raja Abdullah kala itu.

Beberapa tahun terakhir, Saudi memang royal menggelontorkan dana untuk membantu sektor pertahanan Pakistan, termasuk membiayai ahli nuklir dan rudal dari Barat.

Feroz Hassan Khan, mantan brigadir jenderal Pakistan membantah bahwa kedekatan Saudi dengan Pakistan di bidang pertahanan bukan berarti mereka memesan senjata nuklir.

Tapi dia tidak menafikan bahwa Saudi membantu program nuklir Pakistan. "Arab Saudi memberikan bantuan finansial agar program nuklir Pakistan bisa berlanjut," kata Khan dalam buku biografinya, "Eating the Grass".

Dibantah

Laporan BBC ini dibantah Kementerian Luar Negeri Pakistan kemarin. Dia mengatakan bahwa tuduhan itu hanya dugaan yang tidak berdasar.

"Pakistan adalah negara pemilik senjata nuklir yang bertanggung jawab dengan struktur komando dan kendali ekspor yang kuat," kata pejabat Kemlu Pakistan, dilansir Al-Arabiya.

Sejak 15 tahun lalu, Pakistan menyatakan sebagai negara nuklir dan melakukan uji coba pertamanya. Kepemilikan nuklir Pakistan tidak lepas dari kerja Abdul Qadeer Khan, bapak bom atom Pakistan.

Pakistan merasa perlu memiliki nuklir untuk menandingi tetangganya, India. Kedua negara serumpun ini sama-sama tidak menandatangani kesepakatan non-proliferasi nuklir. Diperkirakan, ada sekitar 110 hulu ledak nuklir yang dimiliki Pakistan.


View the original article here

Jumat, 08 November 2013

Jordania akan ambil kursi Arab Saudi di DK PBB

Ilustrasi. Sidang DK PBB di Sidang Umum PBB ke 68, New York. (REUTERS/Keith Bedford)

Markas PBB, AS (ANTARA News) - Jordania diperkirakan akan mengambil kursi di Dewan Keamanan PBB yang seharusnya diberikan kepada Arab Saudi namun ditolak oleh negara tersebut.

Diplomat mengatakan Jordania sebelumnya enggan mengambil jatah kursi untuk Asia Pasifik di badan PBB beranggotakan 15 negara itu, namun terus didesak oleh Arab Saudi.

Duta besar Jordania untuk PBB Pangeran Zeid al-Hussein kembali ke Amman pada Kamis untuk berkonsultasi mengenai langkah mengejutkan ini, kata seorang diplomat, sebagaimana dilaporkan AFP.

"Jordania berada di bawah tekanan hebat untuk mengambil posisi tersebut," imbuh diplomat lain yang juga membenarkan berita tersebut. Namun, para diplomat Jordania belum berkomentar mengenai isu tersebut.

Arab Saudi menang dalam pemungutan suara Sidang Umum PBB pada 17 Oktober lalu untuk posisi selama dua periode di DK PBB. Namun negara tersebut mengejutkan negara lain saat keesokan harinya mengumumkan menolak posisi tersebut sebagai protes atas kegagalan DK PBB dalam mengatasi konflik Suriah.

Arab Saudi masih bisa mendapat kursi di Dewan Hak Asasi Manusia PBB dalam pemungutan suara pekan depan. Jordania juga akan ikut dalam pemungutan suara itu.

Jordania mundur dari kampanye untuk posisi di dewan HAM pekan ini. Keputusan itu membuka jalan bagi Arab Saudi, China, Maldives dan Vietnam untuk merebut empat kursi Asia Pasifik di dewan itu, yang akan ditentukan dalam pemungutan suara di Sidang Umum pada 12 November.

(S022) 


View the original article here