Laman

Rabu, 24 Oktober 2012

PIDATO




Pidato adalah kegiatan berbicara satu arah di depan umum untuk menyampaikan pikiran atau gagasan atau gambaran kepada pendengar yang disampaikan dalam situasi formal ataupun non formal melalui rangkaian kata yang tersusun sistematis dengan bahasa lisan sebagai media utama yang bertujuan memberi pamahaman atau informasi dengan rasa percaya diri untuk mempengaruhi pendengar agar mengikuti ajakan pembicara secara sukarela. 

Pidato merupakan penampilan diri seseorang di hadapaan pendengar untuk menyampaikan isi hati atau buah pikiran dengan rangkaian kata-kata dengan harapan agar pendengar tergugah hati nuraninya dan tergerak pikirannya. Pidato merupakan bentuk wicara individual yang banyak ragamnya. Akan tetapi, secara umum pidato dapat digolongkan atas:
1) pidato memorial, misalnya pidato untuk menyambut Hari Kartini, Hari Kemerdekaan;
2) pidato perpisahan, misalnya pidato perpisahan karena tamat sekolah, perpisahan karena pensiun, dan sebagainya;
3) pidato penerimaan hadiah, misalnya piato penerimaan suatu medali kejuaraan olah raga;
4) pidato pidato penyambutan tamu, misalnya pidato penyambutan tamu kenegaraan;
5) pidato persembahan, misalnya pidato penyerahan cindera mata kepada tamu;
6) pidato persuasif, misalnya pidato kampanye partai politik;
7) pidato informatif, misalnya pidato penyuluhan kepada ibu-ibu PKK;
8) pidato instruktif, misalnya pidato tentang anjuran untuk membayar pajak;
9) pidato rekreatif, misalnya pidaato acara perkawinan, ulang tahun;
10) pidato kerohanian, misalnya santapan rohani waktu acara halal bihalal, acara pengajian;
11) pidato ilmiah, misallnya pidato ilmiah dalam acara wisuda.

Agar seseorang memiliki kemampuan yang memadai dalam hal pidato, maka dia harus memenuhi syarat-syarat berpidato. Syarat-syarat itu antar lain sebagai berikut:
1) berpengetahuan luas,
2) berkepribadian baik,
3) jujur dan ikhlas,
4) bijaksana dan sopan santun,
5) punya keberanian moral,
6) kaya dengan perbendaharaan kata,
7) berpikir kritis,
8) meyakini dan menguasai tema pembicaraan,
9) mengenal dan memahami karakteristik audience,
10) percaya diri,
11) bersikap menarik, 
12) dan bertanggung jawab.

Menurut ada tidaknya persiapan sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan, ada empat macam pidato
1. Impromptu (serta merta) : pidato yang apabila Anda menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk menyampaikan pidato.
Keuntungan :
lebih mengungkapkan perasaan pembicara 
gagasan datang secara spontan 
memungkinkan Anda terus berpikir 
Kerugian :
menimbulkan kesimpulan yang mentah 
mengakibatkan penyampaian tidak lancar 
gagasan yang disampaikan ngawur 
demam panggung 
2. Manuskrip : pidato dengan naskah. Di sini tidak berlaku istilah ‘menyampaikan pidato’ tapi ‘membacakan pidato’. Manuskrip dibutuhkan oleh tokoh nasional, sebab kesalahan sedikit saja dapat menimbulkan kekacauan nasional.
Keuntungan :
kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya 
pernyataan dapat dihemat 
kefasihan bicara dapat dicapai 
tidak ngawur 
manuskrip dapat diperbanyak 
Kerugian :
komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung pada mereka 
pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik 
pembuatannya lebih lama 
3. Memoriter : pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata.
Keuntungan :
kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya 
gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian 
Kerugian :
komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara beralih pada usaha untuk mengingat kata-kata 
memerlukan banyak waktu 
4. Ekstemporan : pidato sudah dipersiapkan sebelumnya berupa garis besar dan pokok penunjang pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha mengingatnya kata demi kata.
Keuntungan :
komunikasi pembicara dengan pendengar lebih baik 
pesan dapat fleksibel 
kerugian :
kemungkinan menyimpang dari garis besar 
kefasihan terhambat karena kesukaran memilih kata-kata.
Seseorang akan mahir pidato jika ia benar-benar mau belajar dengna sungguh-sungguh. Cara belajar pidato tersebut dapat ditempuh dengan membaca buku-buku retorik(ilmu yang mempelajari masalah tutur secara efektif) dan buku-buku pengetahuan umum lain. Selain itu, mereke harus juga sering berlatih pidato, karena dangan cara “trial and error”, seseorang akan makin matang penglamannya. Begitu pula seorang yang akan tampil berpidato harus benar-benar siap terhadap materi pembicaraan dan siap pula dari segi fisik maupun mental, sehingga diharapkan dalam penampilan pidato nanti tidak terdapat adanya hambatan-hambatan.
Skema susunan suatu pidato yang baik:
1. Pembukaan dengan salam pembuka
2. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
3. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
4. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)

Agar penampilan pidato dapat berhasil dapat berhasil dan menarik, maka diperlukan adanya variasi langgam atau gaya tertentu.Gaya atau langgam yang sering timbul dalam suatu penampilan pidato antara lain seperti berikut ini.
• Langgam Agama
Langgam agama mempunyai suara yang terkadang naik dan kemudian menurun dengan gaya ucapan yang lambat dan ceremonis. Pada umumnya langgam semacam ini sering ditampilkan oleh para khatib, muballig, dan sebagainya dalam pidato kerohanian.
• Langgam Agiator
Langgam agiator dikemukakan secara agresif dan terbanyak digunakan dalam pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat umum, yang bersifat propaganda politis. Biasanya juga langgam ini dipakai untuk mencetuskan sentimen di kalangan massa sesuai dengan konsep propaganda. Di dalam hal ini jiwa massa akan dikuasai dan digiring ke arah tujuan yang diinginkan .
• Langgam Konversasi
Langgam konversasi merupakn langgam yang paling bebas, jelas, tenang dan terang, yang sering digunakan dalam pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat yang yang sifatnya terbatas. Langgam ini banyak persamaannya dengan orang yang sedang berbicara biasa dan sering kali dilakukan pada pertemuan-pertemuan yang serius.
• Langgam Didaktik
Langgam didaktik adalah langgam yang sifatnya mendidik kepada para pendengar, seperti seorang guru yang sedang mengajar kepada siswanya. Langgam ini bersifat menggurui, sehingga sering meimbulkan rasa kurang enak jika ditujukan kepada pendengar yang merasa lebih pandai daripada pembicara. Langgam ini tepat dipaki pada waktu berpidato kepada pendengar yang usianya lebih muda daripada pembicara.
• Langgam Sentimentil
Langgam sentimentil ini biasanya dipakai secara efektif dan banyak berguna di dalam pertemuan umum dengan jalan mengemukakan kepuasan-kepuasan atau kekecewaan-kekecewaan dengan penuh perasaan. Segi positif langgam ini adalah akan menyenangkan si pendengar bila berisi tentang kepuasan-kepuasan atas keberhasilan, tetapi segi negatifnya akan menimbulkan sentimen jika berisi tentang kekecewaan atau keprihatinan-keprihatinan atas kejadian sosial di sekitar kita.
• Langgam Teater
Langgam teater adalah langgam berpidato yang penuh dengan gaya dan mimik seperti yang diperankan oleh para aktor atau aktris dalam teater. Di dalam hal ini pembicara berpidato dengan akting lengkap dengan gerak wajah(mimik), gerak lengan, gerak kepala, dan pemakaian vokal lengkap dengan tekanan dan intonasinya seperti dalam pementasan paanggung sandiwara.
Di dalam penampilan pidato, seseorang dapat memilih salah satu dari berbagai metode dalam penampilan pidato. Metode penampilan pidato tersebut ada empat macam.
• Metode naskah, yaitu metode berpidato dengan membaca naskah pidato, misalnya dilakukan dalam pidato-pidato resmi.
• Metode menghafal, yaitu metode berpidato dengan menghafal isi atau materi pidato lebih dahulu, kemudian menyampaikan isi pidato tersebut tanpa sebuah naskah.
• Metode ekstemporan, yaitu metode berpidato dengan membawa dan melihat butir-butir pokok isi pidato dalam lembar cerita catatan, lalu menyampaikan isi catatan itu kepada pendengar dengan ilustrasi bahasa secara spontanitas.
• Metode impromptu, yaitu metode berpidato dengan berpidato secara spontanitas baik dari segi isi maupun bahasa berdasarkan situasi dan kondisi tertentu, misalnya berpidato sesuai dengan keadaan tempat, keadaan pendengar, waktu, topik, dan hajat pada waktu ia berpidato.



Di dalam memperrsiapkan penampilan pidato seseorang dapat membuat naskah pidato dengan menggunakan metode impromptu, pembuatan naskah tak perlu dilakukan karena materi pembicaraan sudah dipersiapkan dalam benak pembicara lewat belajar secara bertahun-tahun dengan membaca buku dan belajar dari pengalaman hidup. Ilmu dan pengalamannya ini akan dipidatokan sesuai dengan situasi pada waktu ia berpidato. Agar pembicara tak lupa dengan materi pembicaan, biasanya pembicaraan membawa catatan kecil untuk dilihat sewaktu-waktu ia membutuhkan. Bagi seorang pemula, pembuatan naskah pidato wajib dilakukan lebih dahulu sebelum ia tampil di depan pendengar. Adapun pokok-pokok isi pidato itu tersusun sebagai berikut:
1. salam pembuka,
2. kata penahuluan,
3. pokok-pokok isi pidato,
4. uraian lengkap materi pidato,
5. simpulan isi pidato,
6. saran-saran dan harapan-harapan,
7. penutup, dan
8. salam penutup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar