Bukan setiap yang aku tulis adalah aku, dan yang
kamu baca adalah kamu.
Percayakah kamu
sama apa yang disebut dengan KARMA? Kalau itu ditanyakan padaku, aku akan
bilang PERCAYA. Kenapa? Karena hal yang kita lakukan didunia ini selalu ada
balasan, baik hal itu yang baik ataupun yang jahat. Sederhananya, kamu akan
mendapatkan kembali apa yang kamu lakukan. Kamu akan merasakan bagaimana
perihnya sakit saat kamu membuat seseorang terluka. Mungkin bukan fisik tapi
hati. Itu saja cukup untuk membuat kamu mendapatkan karma. Kenapa karma begitu
ditakuti oleh sebagian orang? Mungkin inilah jawabannya. Karena mereka takut
mendapatkan balasan yang sama atau bahkan lebih parah dari yang mereka lakukan.
Sebagian orang beranggapan bahwa orang yang teraniaya biasanya doanya lebih
cepat terkabul dibandingkan orang yang bahagia lebih tepatnya yang membuat
orang itu terluka. Dan itu benar.
Aku sudah cukup
tau tentang bagaimana itu karma. Ya, kamu benar. Aku sudah pernah merasakan
sakit hati itu. Bahkan lebih parah dari dibayangkan. Kamu tau? Aku pernah
menyayanginya, bahkan mungkin setingkat diatas itu. Saat aku benar-benar
bersandar padanya, benar-benar menaruh harapan dan perhatianku… dia
meninggalkanku begitu saja. Ironis? Sangat pake banget malah. Dan intinya aku
percaya padanya.
Emm, mungkin
dibenak kalian ada pertanyaan seperti ini. Kenapa aku bisa terkena karma?
Baiklah. Begini, sewaktu aku SMP dulu aku berkenalan dengan seseorang. Sebut
sajalah dia Dimas. Dia anak yang baik, perhatian. Tapi waktu itu aku masih menganggap
bahwa pacaran adalah sesuatu yang main-main. Tidak perlu serius. Dan hanya
sekedar have fun. Dan tidak lebih dari itu. Bisa dibilang saat itu aku bodoh.
Ternyata dia menganggapku lebih dari itu. Entah apa yang dia mau dan dia
inginkan tapi aku lebih memilih untuk pergi dari hidupnya. Dan dia tidak
menerimanya. Dia selalu sms, telfon, tapi tidak pernah aku hiraukan. Yah,
kasihan sih awalnya. Setelah lama-lama, ya bodo amatlah. Mungkin hal ini
membuatnya terluka. Sehingga mengucapkan sumpah serapah buatku. Dan walaa.
Karma berlaku untukku.
Beberapa waktu pun
berlalu, dan kini aku mulai tau apa itu rasa cinta. Mungkin bukan cinta sejati
seperti orangtuaku. Tapi cinta yang bikin galau 7 hari 7 malam, menangis
guling-guling. Oke tidak seperti itu. Maksudku aku tidak seperti itu. Mungkin hanya menangis dengan isakan
perlahan, tanpa ada guling-guling seperti tadi. Cerita cinta remaja kata orang
adalah cinta monyet. Cinta coba-coba yang masih sangat labil untuk dimengerti.
Kamu pasti taulah. Misalnya saja seorang cewek sedang bahagia mendapatkan
sesuatu yang diinginkannya, namun tiba-tiba cowoknya menghilang tanpa kabar.
Dan kamu tau seketika cewek itu mengalami galauinsindrom. See? Darinya seneng mendadak galau. Itulah cowok. Moodmaker. Moodboster.
Semenjak SMA aku
mulai mencoba pacaran yang benar. Maksudku dengan saling percaya dan terbuka
pada pasangan. Sebut sajalah namanya Rama. Yah, walaupun belum terlalu terbuka
juga sih sama dia. Tapi aku percaya padanya. Selalu menceritakan kejadian yang
aku alami setiap hari. Mungkin ini salah. Dia kan bukan buku harian berjalan?
Mana mungkin dia mau mendengar semua ceritaku yang memang tidak selalu sama.
Selalu berbeda. Tapi mungkin dia bosan dengan semua cerita itu. Oh damn! Tapi
sudahlah, cerita sedih itu akhirnya lewat dan sirna sepenuhnya. Memang, kuakui
masih ada sebagian kecil dari serpihan hati yang membenci namanya. Merasa
terbuang dan disia-siakan. Tapi apa itu merubah keadaan? Tentu tidak. Akhirnya
logika fikiranku terbuka. Mulai berfikir kalau dia dan cintanya dulu mungkin
hanya main-main, tidak serius sepertiku dulu. Tersentak kaget. Saat dia hampir
menggunakan alasan yang dulu aku gunakan untuk mengakhiri hubunganku dengan
dimas.
“maaf, aku ingin
konsen belajar sekarang. Aku takut membuat kamu semakin terluka karena ini. Aku
tidak bisa selalu ada buat kamu. Maafkan aku sayang.”
Untaian kalimat
yang sederhana. Namun cukup menegaskan. Aku ingin putus sama kamu. Yaah, sakit
memang. Dan adalagi, satu kalimat yang sampai sekarang membuat aku emosi setiap
mendengarnya.
“maaf, aku hanya
bisa menganggap kamu sebagai adik saja.”
Kalau begitu
kenapa kamu nembak aku?! Kenapa kamu mengatakan kalimat yang indah dan mesra
disetiap sms dan didalam telfon itu. Salah. Seharusnya jangan ada status
diantara kita yang membuatku bisa sampai se-down
ini. Kamu tidak tau bagaimana dulu aku letih bertahan menyusun serpihan kecil
hati yang masih tersisa karena menginginkan kamu kembali? Kamu tidak tau berapa
banyak bulir air mata yang sempat jatuh dan menetes begitu saja karena kamu?!
Kamu tidak tau bukan!! Sudahlah lembar demi lembar hari dan hati telah tersusun
kembali. Sakit dan air mata ini telah hilang seiring datangnya matahari. Dan
aku tidak peduli lagi pada mereka. Terserah mereka mau hilang, pacaran lagi,
atau apapun itu. Itu adalah urusan mereka. Bukan urusanku. Jadi jangan bertanya
padaku siapa pacar mereka sekarang. Karena pasti aku akan bilang. “Apa
urusannya denganku”.
Seiring berjalannya
waktu aku menganggap karma adalah teman. Tidak untuk dijadikan masalah. Kenapa?
Karena masalahku sudah cukup banyak. Tanpa perlu ditambah dengan segala macam
karma dari orang-orang itu (mantan). Dan bagiku hidup adalah proses balas
membalas. Bila ada yang membuatku sedih hari ini. Pasti akan ada orang yang
datang memberikan warna ceria bagi hidupku. Aku percaya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar