Laman

Rabu, 24 Oktober 2012

karma


Bukan setiap yang aku tulis adalah aku, dan yang kamu baca adalah kamu.

Percayakah kamu sama apa yang disebut dengan KARMA? Kalau itu ditanyakan padaku, aku akan bilang PERCAYA. Kenapa? Karena hal yang kita lakukan didunia ini selalu ada balasan, baik hal itu yang baik ataupun yang jahat. Sederhananya, kamu akan mendapatkan kembali apa yang kamu lakukan. Kamu akan merasakan bagaimana perihnya sakit saat kamu membuat seseorang terluka. Mungkin bukan fisik tapi hati. Itu saja cukup untuk membuat kamu mendapatkan karma. Kenapa karma begitu ditakuti oleh sebagian orang? Mungkin inilah jawabannya. Karena mereka takut mendapatkan balasan yang sama atau bahkan lebih parah dari yang mereka lakukan. Sebagian orang beranggapan bahwa orang yang teraniaya biasanya doanya lebih cepat terkabul dibandingkan orang yang bahagia lebih tepatnya yang membuat orang itu terluka. Dan itu benar.

Aku sudah cukup tau tentang bagaimana itu karma. Ya, kamu benar. Aku sudah pernah merasakan sakit hati itu. Bahkan lebih parah dari dibayangkan. Kamu tau? Aku pernah menyayanginya, bahkan mungkin setingkat diatas itu. Saat aku benar-benar bersandar padanya, benar-benar menaruh harapan dan perhatianku… dia meninggalkanku begitu saja. Ironis? Sangat pake banget malah. Dan intinya aku percaya padanya.

Emm, mungkin dibenak kalian ada pertanyaan seperti ini. Kenapa aku bisa terkena karma? Baiklah. Begini, sewaktu aku SMP dulu aku berkenalan dengan seseorang. Sebut sajalah dia Dimas. Dia anak yang baik, perhatian. Tapi waktu itu aku masih menganggap bahwa pacaran adalah sesuatu yang main-main. Tidak perlu serius. Dan hanya sekedar have fun. Dan tidak lebih dari itu. Bisa dibilang saat itu aku bodoh. Ternyata dia menganggapku lebih dari itu. Entah apa yang dia mau dan dia inginkan tapi aku lebih memilih untuk pergi dari hidupnya. Dan dia tidak menerimanya. Dia selalu sms, telfon, tapi tidak pernah aku hiraukan. Yah, kasihan sih awalnya. Setelah lama-lama, ya bodo amatlah. Mungkin hal ini membuatnya terluka. Sehingga mengucapkan sumpah serapah buatku. Dan walaa. Karma berlaku untukku.

Beberapa waktu pun berlalu, dan kini aku mulai tau apa itu rasa cinta. Mungkin bukan cinta sejati seperti orangtuaku. Tapi cinta yang bikin galau 7 hari 7 malam, menangis guling-guling. Oke tidak seperti itu. Maksudku aku tidak seperti itu.  Mungkin hanya menangis dengan isakan perlahan, tanpa ada guling-guling seperti tadi. Cerita cinta remaja kata orang adalah cinta monyet. Cinta coba-coba yang masih sangat labil untuk dimengerti. Kamu pasti taulah. Misalnya saja seorang cewek sedang bahagia mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, namun tiba-tiba cowoknya menghilang tanpa kabar. Dan kamu tau seketika cewek itu mengalami galauinsindrom. See? Darinya seneng mendadak galau. Itulah cowok. Moodmaker. Moodboster.

Semenjak SMA aku mulai mencoba pacaran yang benar. Maksudku dengan saling percaya dan terbuka pada pasangan. Sebut sajalah namanya Rama. Yah, walaupun belum terlalu terbuka juga sih sama dia. Tapi aku percaya padanya. Selalu menceritakan kejadian yang aku alami setiap hari. Mungkin ini salah. Dia kan bukan buku harian berjalan? Mana mungkin dia mau mendengar semua ceritaku yang memang tidak selalu sama. Selalu berbeda. Tapi mungkin dia bosan dengan semua cerita itu. Oh damn! Tapi sudahlah, cerita sedih itu akhirnya lewat dan sirna sepenuhnya. Memang, kuakui masih ada sebagian kecil dari serpihan hati yang membenci namanya. Merasa terbuang dan disia-siakan. Tapi apa itu merubah keadaan? Tentu tidak. Akhirnya logika fikiranku terbuka. Mulai berfikir kalau dia dan cintanya dulu mungkin hanya main-main, tidak serius sepertiku dulu. Tersentak kaget. Saat dia hampir menggunakan alasan yang dulu aku gunakan untuk mengakhiri hubunganku dengan dimas.

“maaf, aku ingin konsen belajar sekarang. Aku takut membuat kamu semakin terluka karena ini. Aku tidak bisa selalu ada buat kamu. Maafkan aku sayang.”

Untaian kalimat yang sederhana. Namun cukup menegaskan. Aku ingin putus sama kamu. Yaah, sakit memang. Dan adalagi, satu kalimat yang sampai sekarang membuat aku emosi setiap mendengarnya.

“maaf, aku hanya bisa menganggap kamu sebagai adik saja.”

Kalau begitu kenapa kamu nembak aku?! Kenapa kamu mengatakan kalimat yang indah dan mesra disetiap sms dan didalam telfon itu. Salah. Seharusnya jangan ada status diantara kita yang membuatku bisa sampai se-down ini. Kamu tidak tau bagaimana dulu aku letih bertahan menyusun serpihan kecil hati yang masih tersisa karena menginginkan kamu kembali? Kamu tidak tau berapa banyak bulir air mata yang sempat jatuh dan menetes begitu saja karena kamu?! Kamu tidak tau bukan!! Sudahlah lembar demi lembar hari dan hati telah tersusun kembali. Sakit dan air mata ini telah hilang seiring datangnya matahari. Dan aku tidak peduli lagi pada mereka. Terserah mereka mau hilang, pacaran lagi, atau apapun itu. Itu adalah urusan mereka. Bukan urusanku. Jadi jangan bertanya padaku siapa pacar mereka sekarang. Karena pasti aku akan bilang. “Apa urusannya denganku”.

Seiring berjalannya waktu aku menganggap karma adalah teman. Tidak untuk dijadikan masalah. Kenapa? Karena masalahku sudah cukup banyak. Tanpa perlu ditambah dengan segala macam karma dari orang-orang itu (mantan). Dan bagiku hidup adalah proses balas membalas. Bila ada yang membuatku sedih hari ini. Pasti akan ada orang yang datang memberikan warna ceria bagi hidupku. Aku percaya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar