Aku merasa telah
jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Namun kali ini, ada banyak
perbedaan. Tidak ada lagi uluran tangan dari dia yang kusebut pendamping. Dan
kini jatuh di lubang yang semakin dalam nan gelap, tanpa diberi kesempatan
untuk bangkit berdiri. Sedang untuk merangkak saja ku tak lagi mampu.
Mustahil untuk
bangkit. Sama mustahilnya untuk menyebrangi laut badai tanpa kapal diatasnya.
Jatuh. Kejatuhan yang sempurna. Sendiri. Merasa terabaikan. Seandainya hal ini
ada diantara kamu dan mereka. Apa kamu bisa menjalani setiap detiknya? Bisakah merasakan
hal yang kamu sendiri merinding untuk membanyangkan apa yang akan terjadi.
Cinta, terluka, bangkit, dan terluka kembali. Haruskah aku bangkit sedangkan
luka akibat jatuh terasa begitu perih. Menganga sedemikian lebar dan
meninggalkan bekas yang sangat jelas.
Berapa banyak sudah
bulir air mata menetes membasahi setiap inci pemukaan. Tiada kata yang tepat
untuk menggambarkan betapa terlukanya mengikis luka. Luka yang hanya bisa disembuhkan
oleh dia. Kapan aku bertemu dengan dia? Sedang bulan tak dapat bicara. Hanya
dinding yang menjawab. Tapi yang terdengar hanya sunyi. Kesunyian yang semakin
sepi.
Hampa. Tanpa ada
yang mengisi relung jiwa. Seakan hidup tapi mati. Seakan mati namun memiliki
sadikit nyawa yang tersisa. Mudah tentunya bila berdua. Bersama. Tapi yang
tersisa, tinggallah hampa dan kesendirian yang sempurna.
Merangkak. Mulai
merangkak kembali. Mulai belajar dari awal layaknya bayi. Seperti kaca yang
pecah. Sulit menyatukannya kembali dalam serpihan menjadi kaca yang utuh.
Dengan lem apapun tidak ada yang mampu menyatukan kaca. Sama seperti kepingan
hati. Namun lemnya adalah hati itu sendiri. Tapi bagaimana menyatukan hati?
Sedang mereka terlalu sibuk bersedih dengan kenangan mereka masing-masing.
Membuat mereka lupa pernah diciptakan untuk bersama.
Perlahan namun pasti
mulai berdiri. Ditopang dengan orang-orang yang peduli. Namun seketika
terjatuh. Saat mereka meninggalkanku seorang diri. Mencoba perlahan berdiri
ditopang tangan selemah daun. Disanggah kaki sekuat lidi. Aku mencoba berdiri
diatas ehancuranku sendiri, mencoba tertawa di atas kepedihan luka yang kian
lebar kurasa. Tersenyum sementara hati menangis. Aku tidak tau bagaimana
seorang perempuan bisa begitu terlihat tegar. Seolah tidak ada sakit sementara
dengan tiupan angin mampu merobohkan mereka.
Kini aku mulai
mengerti kenapa dinamakan jatuh cinta. Karena sekali kamu mengalaminya, kamu
akan merasa terbang dan dijatuhkan secara bersamaan hanya saja diwaktu yang
berbeda.
Saat ini hanya doa
yang dapat ku hadiahkan. Berikan kedamaian bagi perempuan yang terluka. Berikan
dia kebahagiaan setelah badai yang mereka rasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar